TOPO MBISU MUBENG DESA
Salah satu tradisi yang dilakukan oleh Masyarakat Kalurahan Sogan Kapanewon Wates kabupaten Kulon Progo adalah Topo Mbisu Mubeng Desa. Tradisi ini adalah hampir sama seperti yang dilaksanakan dan menjadi tradisi dari Kraton Ngayogyakarta hadiningrat, yang dilaksanakan pada malam 1 Suro dalam Kalender Jawa, dan dilaksanakan mengelilingi banteng atau Beteng Kraton Yogyakarta. Tradisi Topo Mbisu Mubeng Desa ini adalah tradisi dari masyarakat Kalurahan Sogan dimana masyarakat secara bersama-sama melaksanakan mubeng Desa dengan melantunkan doa-doa atau pinuwunan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Tradisi ini sudah dilaksanakan dan menjadi agenda rutin dari masyarakat Kalurahan Sogan menjelang Peringatan Hari Jadi Kalurahan Sogan yang jatuh setiap Tanggal 22 Oktober setiap tahunnya. Tadisi Topo Mbisu Mubeng Desa dilaksanakan dengan jarak tempuh kurang lebih 10 kilometer dengan rute mengelilingi garis terluar Desa/Kalurahan. Topo Mbisu Mubeng Desa dilaksanakan tepat Jam 24.00 WIB malam, adapun sebelum dilaksanakan diadakan dengan tradisi Kesenian Sholawat Jawa atau hadorh pada sore harinya.
Adapun tradisi Topo Mbisu Mubeng Desa ini dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut;
- Malam sekitar jam 20.00 WIB menjelang dilaksanakannya Topo Mbisu Mubeng Desa, diadakan Gelar Seni Religi, yaitu biasanya Kesenian Religi Sholawat Jawa atau Hadroh dari Kelompok Seni Religi yang ada di Kalurahan Sogan.
- Menjelang jam 23.00 WIB, persiapan Topo Mbisu Mubeng Desa dengan berkumpul dan dilaksanakan doa bersama yang di pimpin oleh Sesepuh Desa (Mbah Kaum). Sebelum berangkat disiapkan uborampe berupa bunga dan uborampe lainnya yang akan ditaburkan di depan Balai kalurahan Sogan sebelum berangkat, di setiap 4 penjuru Desa/Kalurahan dan di Balai kalurahan Sogan setelah sampai dari perjalanan Topo Mbisu Mubeng Desa
- Jam 24.00 WIB, rombongan peserta Topo Mbisu Mubeng Desa mulai berjalan dari Balai Kalurahan Sogan, dan berjalan berlawanan arah jarum jam. Arah tersebut seperti arah putaran Thawaf yang berlawanan dengan arah jarum jam yang menunjukkan perjalanan spiritual yang penuh makna bagi umat Muslim di seluruh dunia. Putaran ini ternyata secara ilmiah juga ditunjukkan bahwa setiap benda terdiri dari unsur-unsur terkecil yang disebut atom. Atom itu sendiri terdiri dari inti atom (proton dan neutron) dan elektron-elektron yang mengelilinginya. Yang menarik adalah arah putarnya ternyata..berlawanan dengan arah putar jarum jam. Untuk Topo Mbisu Mubeng Desa dilaksanakan dengan arah yang berlawanan jarum jam juga dimaknai sebagai Tolak Bala’ atau upaya menghilangkan energi negatif yang bisa menganggu keselamatan Warga Masyarakat Kalurahan Sogan dan menghilangkan segala ancaman dan gangguan dan supaya Kalurahan Sogan selalu diberi keselamatan
- Dalam setiap perjalanan peserta diminta untuk melantumkan dalam hati Ayat-ayat Suci Al Quran tanpa terputus (Surat Al Fatihah), lantunan Dzikir atau doa sesuai dengan kemampuan dan keinginan dari masing-masing peserta. Lantunan doa sepanjang perjalanan dilaksanakan dalam hati dan disepanjang perjalanan tidak boleh berbicara atau menimbulkan suara-suara
- Setiap sampai di titik penjuru Desa/Kalurahan (4 mata angin) rombongan berhenti sebentar untuk melantumkan doa yang di pimpin oleh Sesepuh Desa ( Mbah Kaum ) dan menabur bunga. Makna yang diambil adalah mengunci 4 arah mata angin yang mengelilingi Desa/Kalurahan supaya Desa/Kalurahan selalu mendapatkan keselamatan, terhindar dari segala ancaman dan gangguan dan masyarakat Kalurahan Sogan supaya diberi keberkahan, kesehatan, dan kemakmuran
- Perjalanan Topo Mbisu Mubeng Desa, dengan jarak tempuh sekitar 10 kilometer dilaksanakan kurang lebih 3-4 jam sampai dengan menjelang Subuh.
- Setelah sampai kembali di Balai Kalurahan Sogan dan peserta istirahat sejenak Sesepuh Desa (Mbah Kaum) menyampaikan pesan perjalanan ritual, yang di dapat sepanjang perjalanan Topo Mbisu Mubeng Desa,yang beberapa kali kita adakan beberapa pesan moral tersebut antara lain masyarakat untuk selalu mendekatkan diri kepada Alloh SWT, tetap melestarikan adat tradisi yang sudah menjadi kebiasaan dari nenek moyang kita, melestarikan gotong royong, selalu mensyukuri segala nikmat dari Alloh SWT dan pesan moral lainnya.
Demikian sekilas gambaran Laku Topo Mbisu Mubeng Desa yang diadakan secara rutin oleh masyarakat Kalurahan Sogan setiap menjelang Peringatan Hari Jadi kalurahan Sogan. Tradisi ini jauh dari sifat syirik atau menyekutukan Tuhan. Namun tradisi ini adalah salah satu upaya kita untuk lebih mendekatkan diri kepada Alloh SWT melalui lantunan doa yang tidak terputus sebagai wujud memagari Desa/kalurahan dari segala ancaman, baik penyakit, kekurangan, kemiskinan dan lain-lain. Dengan lantunan doa yang dilaksanakan di tradisi Topo Mbisu Mubeng Desa ini kita memohon semoga Kalurahan sogan diberi kemakmuran, keselamatan, keberkahan dan terhindar dari segala penyakit dan ancaman.