JOLOTUNDHA
Menurut cerita Mbah Hadi Pranoto, awalnya warga sekitar tidak menyadari bahwa tempat tersebut terdapat sebuah mata air. Tempat tersebut bersih namun tertutup rumput. Melihat banyaknya rumput, Almarhum Kakek Kerta berinisiatif membersihkannya. Ketika membersihkan rumput di sekitar tempat itu, kaki beliau terperosok ke dalam tanah. Dengan adanya hal janggal tersebut, Kakek Kerta menggalinya dengan cangkul karena tertutup batu, batu tersebut berbentuk batu dangkal tipis dengan panjang sekitar 2 meter. Ketika selesai menggali dan batu tersebut sudah tidak menutupi lagi, Kakek Kerta melihat sumber mata air di bekas galian batu tersebut.
Dengan ditemukannya sumber mata air tersebut, kemudian dibangunlah menjadi sebuah sumur. Ketika pembangunan dimulai, terdapat beberapa kesulitan hingga roboh sebanyak tiga kali. Dengan adanya kejadian tersebut, pemangku wilayah dan masyarakat setempat memutuskan untuk mengadakan doa bersama. Setelah dilaksanakannya doa bersama, pembangunan sumur tersebut dapat berjalan dengan lancar hingga selesai.
Sumur tersebut dinamai “Sumur Jolotundha”, karena terletak di Dusun Tundhan dan yang pertama menamainya adalah Mbah Tundhakrama.
Sumur tersebut dikeramatkan karena dipercaya oleh masyarakat bahwa air dari sumur tersebut tidak pernah surut walau musim kemarau panjang sekalipun. Dan sumur Jolotundha masih dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar sampai sekarang.